KUALATUNGKAL- Memasuki musim tanam di beberapa desa di kecamatan pengabuan saat ini, para petani setempat mengeluhkan sulitnya mencari pupuk baik yang bersubsidi maupun non subsidi. Pasalnya hingga saat ini pembagian pupuk subsidi ini hanya sekitar 3 ton per kelompok tani, padahal biasanya persediaan pupuk setiap musim tanam hingga mencapai 11 ton per kelompok tani.
Bahkan, para petani ini, sangking sulitnya mencari pupuk bersubsidi, mereka nekat mencari pupuk non subsidi, namun ternyata pupuk nonsubsidi juga tidak ada di perjual belikan di Kota Kualatungkal.
Sulitnya mencari pupuk bersubsidi ini, diakui kepala desa Sungai Kayu Aro M Yusar, menurutnya sejak musim tanam tahun 2008 ini, para petani sangat mengeluhkan ketersediaan pupuk, bahkan ini bukan hanya para petani yang tidak masuk dalam RDKK, namun para petani yang masuk dalam RDKK pun sangat kesulitan “ Saat ini di Desa Kayu Aro sedang musim tanam, namun pupuk sulit didapatkan” ungkapnya kepada Radar Tanjab Minggu (10/03).
Diakuinya, memang sejak beberaopa bulan ini, kelompok tani telah menerima 3 ton pupuk bersubsidi, namun ternyata sebanyak 3 ton ini, hanya terdiri dari pupuk urea saja, sedangkan pupuk SP 36 hingga saat ini belum ada “ 3 ton perkelompok tani ini, hanya pupuk urea saja, sedangkan sp 36 hingga saat ini belum ada” ujarnya sembari mengaku jika tahun sebelumnya perkelompok tani menerima 7,5 Ton hingga 11 ton.
Ternyata berdasarkan Pantauan Radar Tanjab di Kecamatan Pengabuan kelangkaan pupuk ini, tidak saja terjadi di Desa Kayu Aro, namun hal yang sama dirasakan sejumlah desa di Kecamatan pengabuan seperti halnya Desa Sungai Rambai, Margo Rukun, Teluk Ketapang dan Senyerang. Bahkan para petani di beberapa desa tersebut cenderung pasrah dengan hasil panennya, karena sulitnya mendapatkan pupuk bersubsisdi ini. “ Gimana hasil panen kita nantinya bakal bagus, klu pupuk saja tidak ada “ ungkap juremi salah seorang petani di Desa Teluk Ketapang.
Memang berdasarkan informasi yang Radar Tanjab himpun, harga pupuk yang dari pengecer per kilogramnya Rp.1200, namun pada tingkatan kelompok tani harga melonjak hingga 2 kali lipat, bahkan per karungnya yang berkapasitas 50 kilogram di jual hingga Rp.80 ribu hingga Rp 100 ribu “ Memang kalu kami beli harga Rp.80 ribu hingga Rp.100 perkilogramnya, tetapi harga bagi kami nggak jadi masalah kalau ada barangnya. Yang jadi persoalan ada uang barangnya tidak ada ” ungkap salah seorang petani.
Sementara itu, Seorang pengecer pupuk bersubsidi yang meliputi 5 desa di kecamatan Pengabuan ini, H Lamsursyah mengangkui kurangnya pasokan pupuk bersubsidi di Kabupaten Tanjungjabung Barat ini, bahkan pasokan yang biasanya bisa mencapai 1200 ton saat dikurangi jatah hingga 420 ton “ Memang saat ini di Kabupaten Tanjungjabung Barat jatah untuk pupuk bersubsidi ini di kurangi, jadi memang saat ini karena kurang pasokan maka untuk kelompok tani rata-rata telah dibagi hanya 3 ton per kelompok tani” ungkapnya saat dikonfirmasi Radar Tanjab Minggu (09/03).
Lantas bagaiman dengan pupuk Sp 36 yang hingga saat ini belum sampai ke Kelompok Tani? Di jawab H Lamsur memang untuk tahun 2008 ini, Kabupaten Tanjungjabung Barat tidak mendapat jatah untuk pupuk sp 36 “ Berdasarkan surat edaran dari dinas pertanian propinsi kita tidak dapat lagi untuk pupuk sp 36” ujarnya sembari menunjuk surat dimaksud.(rie)
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih atas Komentar anda